Pagerwesi
Pagerwesi
adalah hari raya Hindu di Bali yang jatuh pada Buda (Rabu), Kliwon,
Sinta. Jika diperhatikan dengan seksama, ada kaitan langsung dengan hari
raya Saraswati yang jatuh pada Saniscara (Sabtu), Umanis, Watugunung.
Dalam sistim kalender wuku yang berlaku
di Bali, wuku Watugunung adalah urutan wuku yang terakhir dari 30 wuku
yang ada, sedangkan wuku Sinta adalah wuku dalam urutan pertama atau
awal dari suatu siklus wuku.
Maknanya yang lebih dalam terkandung
pada kemahakuasaan Sanghyang Widhi sebagai pencipta, pemelihara, dan
pemusnah, atau dikenal dengan Uttpti, Stiti, dan Pralina atau dalam
aksara suci disebut: Ang, Ung, Mang.
Saraswati yang jatuh pada hari terakhir
dari wuku terakhir diperingati dan dirayakan sebagai anugerah Sanghyang
Widhi kepada umat manusia dalam bentuk ilmu pengetahuan dan teknologi,
diartikan sebagai pembekalan yang tak ternilai harganya bagi umat
manusia untuk kehidupan baru pada era berikutnya yang dimulai pada wuku
Sinta.
Oleh karena itu rangkaian hari-hari dari Saraswati ke Pagerwesi, mengandung makna sebagai berikut:
1. Setelah Saraswati, esoknya hari
Minggu, adalah hari Banyupinaruh, di mana pada hari itu umat Hindu di
Bali melakukan pensucian diri dengan mandi di laut atau di kolam mata
air.
Pada saat ini dipanjatkan permohonan
semoga ilmu pengetahuan yang sudah dianugerahkan oleh Sanghyang Widhi
dapat digunakan untuk tujuan-tujuan mulia bagi kesejahteraan umat
manusia di dunia dan terjalinnya keharmonisan Trihita Karana, yaitu
hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan
sesama manusia, dan manusia dengan alam semesta.
2. Kemudian esoknya, hari Senin disebut
hari Somaribek, yang dimaknai sebagai hari di mana Sanghyang Widhi
melimpahkan anugerah berupa kesuburan tanah dan hasil panen yang cukup
untuk menunjang kehidupan manusia.
Lebih jauh, hari ini dimaknai pula
sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah dikuasai, jika
digunakan dengan tujuan mulia maka kemakmuranlah yang akan diterima.
Pada hari ini umat Hindu di Bali memuja Sanghyang Widhi dalam
manifestasinya sebagai Sanghyang Paramesti Guru.
3. Selanjutnya, hari Selasa, disebut
Sabuh Mas, yang juga tidak lepas kaitannya dengan Saraswati, di mana
umat manusia akan menerima pahala dan rezeki berupa pemenuhan kebutuhan
hidup lainnya, bila mampu menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi di
jalan dharma.
Pada hari ini umat Hindu di Bali memuja Sanghyang Widhi dalam manifestasi sebagai Mahadewa.
4. Akhirnya tibalah hari raya Pagerwesi
di hari Rabu, yang dapat diartikan sebagai suatu pegangan hidup yang
kuat bagaikan suatu pagar dari besi yang menjaga agar ilmu pengetahuan
dan teknologi yang sudah digunakan dalam fungsi kesucian, dapat
dipelihara, dan dijaga agar selalu menjadi pedoman bagi kehidupan umat
manusia selamanya.
Pada hari ini umat Hindu di Bali
melakukan persembahyangan untuk memuja Sanghyang Widhi dan roh para
leluhur yang telah melanjutkan keturunannya sampai kita sekalian berada
di dunia saat ini.
Jika dikaji lebih dalam, timbul rasa
kagum yang sangat tinggi kepada para Maha Rsi yang telah mengajarkan dan
menyebarluaskan agama Hindu di Bali sejak berabad-abad lampau.
Beliau adalah Maha Rsi Markandeya, Mpu
Kuturan, dan Danghyang Nirartha, yang telah mengaplikasikan
ajaran-ajaran Weda dalam kehidupan sehari-hari, antara lain dengan
menetapkan hari-hari raya di Bali, di mana tiap-tiap hari raya mempunyai
makna dan merupakan tonggak-tonggak peringatan bagi umat Hindu untuk
senantiasa memelihara kehidupan yang sakral dalam mewujudkan dharma.
Kita mempunyai kewajiban mendalami makna
hari-hari raya itu serta meresapkannya dalam hati untuk dilaksanakan,
agar tercapai kehidupan yang mokshartam jagaditaya ca iti dharmah.
Sumber : http://stitidharma.org/pagerwesi/
0 komentar:
Posting Komentar