Patanjali |
Yoga berasal dari akar kata Sansekerta ‘yuj’ yang artinya menyatukan diri dengan Tuhan. Pengertian lain dari yoga adalah penyatuan, yaitu penyatuan antara jiwa spiritual dengan jiwa universal. Dikatakan pula bahwa yoga adalah pembatasan pikiran-pikiran yang selalu bergerak. Yoga juga terdapat dalam bahasa Yunani ‘zygon’ dan kata lainnya adalah ‘jugum’. Sedangkan dalam Rgveda, yoga disimbolkan dengan ‘tapas’ yang lebih fokus terhadap pengendalian indriya.
Pendiri yoga, Rsi Patanjali, membahas yoga dalam bukunya yang berjudul “Yoga Sutra”. Beliau mendefinisikan yoga sebagai pengendalian pikiran. Bagaimana cara mengendalikan pikiran tersebut? Pikiran dapat dikendalikan dengan terus menerus mempraktekkannya dan melepaskan ikatan duniawi. Pikiran memiliki beberapa tingkatan yaitu, pertama, ksipta yaitu saat pikiran tidak tenang dan tidak bisa berkonsentrasi pada obyek apapun. Kedua, mudha yaitu saat pikiran tidak bisa membedakan antara hal yang baik dan buruk. Ketiga, viksipta yaitu saat pikiran hanya menerima kebahagiaan diri sendiri dan tidak mendapatkan kesedihan. Keempat, ekagra yaitu saat pikiran menarik diri dari obyek-obyek luar dan berkonsentrasi sehingga pikiran mulai stabil dan tenang. Kelima, nirodha yaitu saat pikiran sudah stabil dan tidak ragu lagi, serta sudah menghentikan hal-hal yang tidak baik, merupakan tahap awal dalam latihan yoga.
Seseorang yang ingin berhasil dalam yoga, harus belajar melepaskan diri dari ikatan duniawi, seperti halnya bunga teratai yang tumbuh di telaga. Semakin manusia terikat dengan kehidupan duniawi semakin banyak saat-saat bahagia dan sedih yang dirasakan. Hal ini tidak berarti menganjurkan seseorang untuk meninggalkan keluarga, harta benda, masyarakat dan kuajibannya, tetapi dengan tidak membiarkan faktor-faktor tersebut menguasai pikiran, perasaan sehingga membuat manusia terombang-ambing oleh kebahagiaan dan kesedihan.
Kebahagiaan sempurna dapat dicapai jika manusia menumbuhkan kesadaran dengan membebaskan diri dari keterikatan dan menarik semua obyek indriya ke dalam. Dalam filsafat yoga dikatakan bahwa manusia memiliki sembilan pintu dalam tubuhnya, yaitu, kedua mata, kedua telinga, kedua lubang hidung, mulut, sistem reproduksi dan lubang anus. Kesembilan pintu tersebut letaknya berdekatan dan melalui pintu-pintu terebutlah manusia dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Disebutkan pula bahwa arah tujuh pintu dalam badan kita selalu ke atas dan dua pintu arahnya ke bawah. Pada waktu melakukan yoga, kesembilan pintu tersebut perlu diarahkan ke atas. Seluruh gerakan tubuh (asana) dalam yoga bertujuan untuk meningkatkan dan merasakan aliran energi di dalam tubuh. Dengan memahami badan sendiri, seseorang juga dapat memahami atma (roh)-nya sendiri.
Dalam yoga diajarkan bagaimana cara mengontrol indriya dan bagaimana melihat ke dalam diri, bukan ke luar diri. Semakin seseorang mampu melihat ke dalam, maka ia tidak membiarkan faktor-faktor dari luar mengganggu ketenangan batinnya. Sebenarnya kebahagiaan manusia bersemayam dalam dirinya, akan tetapi seringkali manusia tidak menyadari hal tersebut sehingga mereka sibuk mencari kebahagiaan semu dari luar diri mereka. Hal inilah yang menjadi perenungan dalam yoga, yaitu bagaimana menemukan kebahagiaan sejati dalam hidup.
Dengan mempraktekkan yoga secara teratur seseorang berlatih untuk melepaskan emosinya secara positif dan tidak terlalu dramatis dalam menghadapi berbagai permasalahan yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Apabila setiap individu mempraktekkan hal tersebut, maka permasalahan dalam masyarakat juga akan berkurang dan hubungan antar manusia pun menjadi lebih harmonis. Orang-orang yang selalu berusaha menuruti keinginan indriya-indriya mereka pada akhirnya akan terjebak dalam kesedihan dan kebahagiaan semu.
Bhartrihari, seorang pujangga dari India mengatakan bahwa, “Apabila kita ingin menikmati keinginan-keinginan maka keinginan tersebutlah yang akan menikmati kita terlebih dahulu.” Dalam sutra yoga dijelaskan bahwa kebahagiaan dan kedamaian adalah dua hal yang berbeda. Kebahagiaan bisa didapatkan melalui kekayaan, keluarga yang baik, sahabat akrab, jabatan dll. Akan tetapi kebahagiaan tersebut bersifat relatif, tidak kekal dan belum tentu memberikan kedamaian hati.
Kedamaian hanya bisa diperoleh dengan cara menggunakan pikiran untuk mengontrol panca indriya, setelah itu memusatkan pikiran tersebut kepada Tuhan melalui konsep yoga. Ada dua konsep kedamaian, yaitu ‘peace within’ atau kedamaian dalam diri manusia. Kedamaian tersebut dapat diperoleh pada waktu manusia bermeditasi, sembahyang, pergi ke tempat suci, mendengarkan ceramah dan membaca buku-buku suci. Kedamaian yang kedua adalah ‘peace outside’ atau kedamaian di jagat raya. Kedamaian yang kita dapatkan dengan melakukan yoga dan sembahyang baru sempurna apabila kita juga bisa menciptakan kedamaian dalam masyarakat.
Sekarang banyak orang menganggap dengan bersembahyang, melakukan meditasi, mereka telah mendapatkan kedamaian dan jauh dari berbagai permasalahan yang ada dalam masyarakat. Seorang praktisi yoga pun tidak bisa menghindari permasalahan baik yang menyangkut dirinya, keluarga, maupun masyarakat. Akan tetapi seorang praktisi yoga akan memiliki reaksi yang berbeda dengan orang yang tidak melakukan yoga. Seorang praktisi yoga akan memilih jalan damai dan tidak mementingkan diri sendiri dalam mencari solusi dari setiap permasalahan yang muncul. ia merasa bertanggung jawab untuk menciptakan kedamaian di dalam dirinya, keluarga, negara dan dunia.
Oleh: DR Somvir
0 komentar:
Posting Komentar