Bima memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh
dan jujur, serta menganggap semua orang sama derajatnya, sehingga dia
digambarkan tidak pernah menggunakan bahasa halus (krama inggil) atau pun duduk
di depan lawan bicaranya. Bima melakukan kedua hal ini (bicara dengan bahasa
krama inggil dan duduk) hanya ketika menjadi seorang resi dalam lakon Bima
Suci, dan ketika dia bertemu dengan Dewaruci. Ia mahir bermain gada, serta
memiliki berbagai macam senjata, antara lain: Kuku Pancanaka, Gada Rujakpala,
Alugara, Bargawa (kapak besar), dan Bargawasta. Sedangkan jenis ajian yang
dimilikinya antara lain: Aji Bandungbandawasa, Aji Ketuglindhu, Aji Bayubraja dan
Aji Blabak Pangantol-antol.
Bima juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran,
yaitu: Gelung Pudaksategal, Pupuk Jarot Asem, Sumping Surengpati, Kelatbahu
Candrakirana, ikat pinggang Nagabanda dan Celana Cinde Udaraga. Sedangkan
beberapa anugerah dewata yang diterimanya antara lain: Kampuh atau Kain Poleng
Bintuluaji, Gelang Candrakirana, Kalung Nagasasra, Sumping Surengpati dan Pupuk
Pudak Jarot Asem.
Dalam pencarian jati dirinya, Bima sering diberi tugas oleh
gurunya—yang sesungguhnya dihasut oleh para Korawa untuk membunuh Bima—yang
terasa mustahil untuk dikerjakan, seperti mencari kayu gung susuhing angin dan
air banyu perwitasari, yang akhirnya membawa Bima bertemu dengan Dewaruci
Bima tinggal di kadipaten Jodipati, wilayah Indraprastha. Ia
mempunyai tiga orang istri dan tiga orang anak, yaitu:
- Dewi Nagagini, berputra (mempunyai putra bernama) Arya Anantareja,
- Dewi Arimbi, berputra Raden Gatotkaca dan
- Dewi Urangayu, berputra Arya Anantasena.
Menurut versi Banyumas, Bima mempunyai satu istri lagi,
yaitu Dewi Rekatawati, berputra Srenggini.
Siapakah Bima ?
Bima (Dewanagari: भीम;
IAST: Bhīma) atau Bimasena (Dewanagari: भीमसेन;
IAST: Bhīmaséna) adalah seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata.
Ia merupakan putra Kunti, dan dikenal sebagai tokoh Pandawa yang kuat, bersifat
selalu kasar dan menakutkan bagi musuh, walaupun sebenarnya berhati lembut. Di
antara Pandawa, dia berada di urutan kedua dari lima bersaudara. Saudara
seayahnya ialah Hanoman, wanara terkenal dalam eposRamayana. Mahabharata
menceritakan bahwa Bima gugur di pegunungan bersama keempat saudaranya
setelahBharatayuddha berakhir. Cerita tersebut dikisahkan dalam jilid ke-18
Mahabharata yang berjudul Mahaprasthanikaparwa. Bima setia pada satu sikap,
yaitu tidak suka berbasa-basi, tak pernah bersikap mendua, serta tidak pernah
menjilat ludahnya sendiri. Kata bhīma dalam bahasa Sanskerta artinya kurang
lebih adalah 'hebat', 'dahsyat', 'mengerikan'. Nama lain Bima yaitu Wrekodara,
dalam alih aksara bahasa Sanskerta dieja vṛkodhara, artinya ialah "perut
serigala", dan merujuk ke kegemarannya makan. Nama julukan yang lain
adalah Bhīmasena yang berarti panglima perang. Kelahiran Dalam wiracarita
Mahabharata diceritakan bahwa Pandu tidak dapat membuat keturunan akibat
kutukan dari seorangresi di hutan. Kunti (istri Pandu) berseru kepada Dewa
Bayu, sang dewa angin. Dari hubungan Kunti dengan Bayu, lahirlah Bima. Atas
anugerah dari Dewa Bayu, Bima menjadi orang yang paling kuat dan penuh dengan
kasih sayang. Masa muda Pada masa kanak-kanak, kekuatan Bima tidak ada
tandingannya di antara anak- anak sebayanya. Kekuatan tersebut sering dipakai
untuk menjahili para sepupunya, yaitu Korawa. Duryodana—salah satu
Korawa—sangat benci dengan sikap Bima yang selalu jahil. Kebencian tersebut
berkembang menjadi niat untuk membunuh Bima. Pada suatu hari ketika para Korawa
serta Pandawa pergi bertamasya di daerah sungai Gangga, Duryodana menyuguhkan
makanan dan minuman kepada Bima, yang sebelumnya telah dicampur dengan racun.
Karena Bima tidak curiga, ia menyantap makanan tersebut. Makanan tersebut
membuat Bima jatuh pingsan, lalu tubuhnya dibuang ke sungai gangga. Namun Bima
ditolong oleh Raja Naga Vasuki dan Bima memberitahukan tentang kebencian
Duryodana kepada Bima. Raja Naga Vasuki memberikan minuman kepada Bima, yang
semangkuknya memiliki kekuatan setara dengan sepuluh gajah. Bima meminumnya
tujuh mangkuk, sehingga tubuhnya menjadi sangat kuat, setara dengan tujuh puluh
gajah. Pada usia remaja, Bima dan saudara- saudaranya dididik dan dilatih dalam
bidang militer oleh Drona. Dalam mempelajari senjata, Bima lebih memusatkan
perhatiannya untuk menguasai ilmu menggunakan gada, sebagaimana Duryodana.
Mereka berdua menjadi murid Baladewa, yaitu saudara Kresna yang mahir dalam
menggunakan senjata gada. Dibandingkan dengan Bima, Baladewa lebih menyayangi
Duryodana, dan Duryodana juga setia kepada Baladewa. Pernikahan dan anak-anak
Di Hidimbawana, Bima bertemu dengan raksasa wanita bernama Hidimbi. Hidimbi
menyamar menjadi wanita normal dan jatuh cinta kepada Bima. Hidimba (kakak
Hidimbi) marah karena Hidimbi telah jatuh cinta dengan seseorang yang
seharusnya menjadi santapan mereka. Perkara itu berujung pada perkelahian
antara Bima dengan Hidimba. Bima memenangkan pertarungan dan berhasil membunuh
Hidimba. Kemudian Bima menikah dengan Hidimbi. Seorang putra yang diberi
namaGatotkaca lahir dari perkawinan mereka. Bima dan keluarganya tinggal selama
beberapa bulan bersama dengan Hidimbi dan Gatotkaca, setelah itu mereka
melanjutkan perjalanan. Pandawa menghadiri Swayamvara dari Drupada putri,
Dropadi. Pandawa, yang dipimpin oleh Arjuna, berhasil di Swayamvara. Dengan
saudara- saudaranya, ia menikah dengan Dropadi, yang melahirkan seorang putra,
Sutasoma. Pada tahap selanjutnya, Bhima juga menikah dengan Valandhara, putri
raja Kasi, dan memiliki seorang anak bernama Sarvaga. Di antara tiga putra
Bhima ini, Sarvaga tidak berpartisipasi dalam perang Kurukshetra, sementara dua
lainnya meninggal dalam pertempuran. Pembunuh Raksasa Baka Bima bertarung
dengan raksasa Baka. Setelah melewati Hidimbawana, para Pandawa beserta ibunya
tiba disebuah kota yang bernama Ekacakra. Di sana mereka menumpang di rumah
keluarga brahmana. Pada suatu hari ketika Bima dan ibunya sedang sendiri,
sementara keempat Pandawa lainnya pergi mengemis, brahmana pemilik rumah
memberitahu mereka bahwa seorang raksasa yang bernama Bakasura meneror kota
Ekacakra. Atas permohonan penduduk desa, raksasa tersebut berhenti mengganggu
kota, namun sebaliknya seluruh penduduk kota diharuskan untuk mempersembahkan
makanan yang enak serta seorang manusia setiap minggunya. Kini, keluarga
brahmana yang menyediakan tempat tinggal bagi mereka yang mendapat giliran
untuk mempersembahkan salah seorang keluarganya. Merasa berhutang budi dengan
kebaikan hati keluarga brahmana tersebut, Kunti berkata bahwa ia akan
menyerahkan Bima yang nantinya akan membunuh raksasa Baka. Mulanya Yudistira
sangsi, namun akhirnya ia setuju. Pada hari yang telah ditentukan, Bima membawa
segerobak makanan ke gua Bakasura. Di sana ia menghabiskan makanan yang seharusnya
dipersembahkan kepada sang raksasa. Bakasura merasa terhina atas kelakuan Bima.
Ia marah dan menyerang Bima. Setelah pertarungan berlangsung lama, Bima
meremukkan tubuh Bakasura. Lalu ia menyeret tubuh Bakasura sampai di pintu
gerbang Ekacakra. Atas usaha Bima, kota Ekacakra menjadi tenang kembali. Masa
Pengasingan Setelah Yudistira menyerah pada tantangan Sangkuni dalam permainan
dadu, Pandawa dipaksa ke pengasingan selama 13 tahun;. Saat pengasingan di
hutan, Pandawa berhadapan dengan banyak rakshasas dan asura dan Bhima memainkan
peran penting dalam menyelamatkan saudara-saudaranya . Menyembelih Kirmira
Tepat pada awal pembuangan, di hutan Kamyaka, para Pandawa ditemui setan
Kirmira, saudara Bakasura dan teman Hidimba. Sebuah pertempuran sengit terjadi
antara Bima dan setan, di mana dua pejuang sama-sama kuatvmelemparkan batu dan
pohon satu sama lain. Akhirnya Bhima muncul sebagai pemenang. Mencari
Saugandhika bunga Dropadi menunjukkan bunga untuk Bhima Setelah di hutan
Badarikasrama, Dropadi mencium wangi bunga Saugandhika dan sangat tertarik
untuk itu. Spesies teratai itu tidak ditemukan dengan mudah. Bhima pergi
mencari bunga dan berakhir di Istana Kubera ini. Dia dihentikan di tengah jalan
oleh rakshasas disebut Krodhavasas, tapi ia mengalahkan mereka semua dan
mencapai kolam teratai. Dia juga membunuh para Raksasa Maniman setan jahat,
yang di masa lalu, telah menerima kutukan dari Rishi Agastya dengan meludahi
kepalanya. Lalu Bima ke air kolam, Bhima tertidur di pinggirnya. Kemudian
Pandawa tiba dengan Krishna dan Dropadi mencari Bhima. Mereka bertemu Kubera
yang menawarkan mereka keranjang Saugandhika teratai dan mengirim mereka dalam
perjalanan mereka. Kubera sangat bahagia, karena pembantaian Maniman,dia juga
telah terlepas dari kutukan. Selama pencarian ini juga Bhima bertemu Hanuman
(saudaranya, karena mereka berdua adalah anak-anak Vayu) dalam hutan dan
mencari berkah-Nya. Membunuh Jatasura Penghinaan dari Jayadrata Dalam acara
lain di hutan Kamyaka, Jayadrata, raja dari kerajaan Shindu, menculik Dropadi
ketika Pandawa sedang pergi. Jayadrata berhasil dikalahkan. Sebelum Bhimasena
hendak membunuhnya, Arjuna menyuruhnya untuk tidak membunuhnya, karena dia
adalah saudara ipar mereka. Bhimasena mempermalukannya dengan mencukur kepala
dan meninggalkan dia dengan hanya lima kuncir rambut. Jayadrata kemudian
memainkan peran utama dalam Perang Kurukshetra di membunuh Abimanyu, tetapi
kemudian dikalakan oleh Arjuna, satu-satunya Pandawa yg tidak bias ia
taklukkan. Masak di kerajaan Wirata Bhima menyamar menjadi juru masak Vallabh
Seiring dengan saudara-saudaranya, Bhima menghabiskan tahun terakhirnya dalam
pengasingan di kerajaan Wirata. Ia menyamar sebagai seorang juru masak bernama
Vallabh (dalam diri mereka Pandawa memanggilnya Jayanta). Mengalahkan Jimuta
Bhima membantai musuh-musuhnya Selama festival besar, orang-orang dari
negara-negara tetangga telah datang ke kerajaan Wirata. Ada pertarungan gulat
di mana pegulat dari negara yang berbeda, Jimuta terbukti tak terkalahkan.
Untuk menyenangkan Raja Wirata dan rakyatnya, Bhima menantang Jimuta dan
mengalahkannya dalam waktu singkat. Ini sangat meningkatkan reputasi Pandawa
dalam wilayah asing. Bima membunuh Kichaka yang merupakan
komandan tentara Wirata. Karena Kichaka telah menggoda Drupadi yang sedang
menyamar menjadi seorang pembantu bernama Sairindhri.
0 komentar:
Posting Komentar