Yadnya adalah suatu karya suci yang dilaksanakan
dengan ikhlas karena getaran jiwa/ rohani dalam kehidupan
ini berdasarkan dharma, sesuai ajaran sastra suci Hindu
yang ada (Weda). Yadnya dapat pula diartikan memuja, menghormati,
berkorban, mengabdi, berbuat baik (kebajikan), pemberian,
dan penyerahan dengan penuh kerelaan (tulus ikhlas) berupa
apa yang dimiliki demi kesejahteraan serta kesempurnaan
hidup bersama dan kemahamuliaan Sang Hyang Widhi Wasa.
Di dalamnya terkandung nilai- nilai:
- Rasa tulus ikhlas dan kesucian.
- Rasa bakti dan memuja (menghormati) Sang Hyang Widhi Wasa, Dewa, Bhatara, Leluhur, Negara dan Bangsa, dan kemanusiaan.
- Di dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan masing- masing menurut tempat (desa), waktu (kala), dan keadaan (patra).
- Suatu ajaran dan Catur Weda yang merupakan sumber ilmu pengetahuan suci dan kebenaran yang abadi.
- Menurut tingkat pelaksanaannya
- Menurut jenisnya (panca yadnya)
- Menurut waktu pelaksanaannya
- Menurut cara menjalankannya (panca marga yadnya)
DASAR YADNYA
Pelaksanaan
yadnya tidak hanya begitu saja dilaksanakan oleh umat Hindu. Akan
tetapi yadnya yang dilaksanakan sesungguhnya memiliki dasar yang kuat
baik yang berupa sabda suci tuhan maupun ajaran smerti. Yang menjadi
pokok dasar dilaksanakannya yadnya adalah sesuai dengan sastra suci veda
yang merupakan wahyu Tuhan. Adapun weda yang memuat adanya pelaksanaan
yadnya adalah pada
Rg.veda
X.90 yang kemudian ditegaskan pada kitab upanisad dan diperjelas lagi
dalam Bhagawadgita serta diajarkan dalam beberapa susastra Hindu
lainnya.
Pada Rg.veda X.90 yang memberikan ide pertama dilaksanakannya yadnya menyatakan bahwa “alam ini ada berdasarkan yadnya-Nya (Maha Purusa), dg yadnya dewa memelihara manusia & dg yadnya manusia memelihara Dewa”. Ini berarti bahwa yang menjadi dasar adanya alam semesta beserta isinya ini adalah
adanya yadnya Tuhan dalam manifestasinya sebagai Maha Purusa.
Selanjutnya para dewa yang merupakan sinar suci dari Tuhan pun
memelihara kehidupan dialam semesta ini dengan yadnya, sehingga dengan
demikian manusia pun harus melaksanakan yadnya untuk memelihara dewa.
Adanya hubungan timbal balik antara manusia dan dewa serta dengan
terjaganya saling memelihara ini akan menciptakan kebahagiaan bagi semua
mahluk, seperti apa yang tersurat dalam Bhagawad gita III.11 yang
isinya adalah “saling memelihara satu sama lain maka manusia akan mencapai kebahagiaan”.
Ketika hubungan timbal balik ini tidak dilaksanakan niscaya alam
semesta ini akan hancur. Kita tahu bahwa Tuhan melingkupi serta
menyusupi semua yang ada, jadi ketika kita tidak bisa menjaga hubungan
yang harmonis dengan Tuhan, sesama manusia dan dengan alam yang notabene
adalah bagian dari kemahakuasaan Tuhan akan menimbulkan kesengsaraan.
Misalnya saja kita tidak menghormati lingkungan maka pastinya alam pun
akan tidak bersahabat dengan manusia itu sendiri.
Selain
daripada itu kelahiran manusia ke mayapada (dunia yang penuh dengan
ketidak kekalan) ini sesungguhnya telah berbekal hutang yang harus
dibayar dengan melaksanakan yadnya. Hal ini termuat dalam kitab Manawa
dharma sastra VI.35 yang menyebutkan bahwa “pikiran (manah) yang ada dalam diri kita masing-2 baru dapat diarahkan pada kelepasan setelah melunasi 3 hutang yang kita miliki”. Jadi sebelum kita dapat melunasi hutang-hutang itu, kita tidak akan mencapai tujuan akhir agama Hindu yang disebut Moksartham jagadhita ya ca iti dharma (Kelepasan dan kebahagiaan sejati didunia)
Mengenai tiga hutang yang dibawa sejak lahir disebut dengan Tri Rna yang bagian-bagiannya adalah :Dewa rna, Pitra Rna, dan Rsi Rna.
TUJUAN YADNYA
Adapun tujuan dari pelaksanaan yang dilakukan umat adalah sebagai berikut:
- untuk mengamalkan ajaran veda
dengan
melaksanakan yadnya berarti bahwa umat telah menjalankan ajaran Weda.
Karena dalam weda diajarkan bahwa dengan adanya yadnya alam beserta
isinya ini ada dan umat manusia pun harus melaksanakan yadnya. Hal ini
dijelaskan dalam beberapa kita suci seperti Rg.veda X.71, 11 dan
Bhagavadgita VII.16
- Untuk meningkatkan kwalitas diri
Semua
mahluk dan khususnya juga manusia dilahirkan kedunia dikarenakan oleh
karmawasana nya. Kelahiran sebagai manusia dikatakan bersifat utama
karena terlahir sebagai manusia kita dapat menolong diri kita dari
lembah kesengsaraan dengan memanfaatkan kelebihan yang diberikan yaitu Idep (pikiran).
Dengan pikiran inilah kita dapat mempertimbangkan segala gerak tingkah
laku kita apakah sudah sesuai dengan ajaran etika agama ataukah tidak.
Kadang kala manusia sering lupa dengan jati dirinya, maka melalui yadnya manusia akan bisa eling
(ingat) dengan jati dirinya sehingga ia bisa berbuat yang lebih baik
dan meningkatkan kwalitas dirinya sebagai mahluk dan pada akhirnya
mencapai Tuhan. Kitab yang menjelaskan tentang tujuan yadnya untuk
meningkatkan kwalitas diri terdapat dalam Sarasamusccaya, 81.
- Untuk penyucian
Pelaksanaan
yadnya yang dilakukan umat akan dapat memberikan kesucian pada pikiran,
perkataan dan perbuatan manusia serta dapat pula mensucikan alam
semesta dan mengangkat kwalitas mahluk hidup lainnya. Contoh dimana
yadnya dapat memberikan kesucian pada umat adalah ketika umat
melaksanaan yadnya sudah barang tentu umat tersebut (yajamana) harus bisa mengendalikan dirinya agar terhindar dari kekotoran (mala). Alam semesta dapat disucikan dengan salah satu bentuk yadnya yang berupa ritual yang disebut dengan Butha yadnya
dan dapat pula dilakukan dengan cara pelestarian alam melalui cara
memelihara lingkungan karena yadnya bukan hanya sebatas ritual tapi juga
dalam bentuk perbuatan, pemujaan serta persembahan. Yadnya dapat
memberikan penyucian dijelaskan dalam kitab Bhagavadgita XIV.16 dan
Manawa dharma sastra V.109
- Sarana berhubungan dengan tuhan
Hindu
mengajarkan tentang konsepsi ketuhanan yang Nirguna tattwam dan saguna
tattwam. Konsep Tuhan yang Nirguna berarti bahwa Tuhan itu satu dan
tidak ada yang kedua serta keberadaan Tuhan tidak dapat digambarkan
karena sifat Tuhan yang Acintya (tak terpikirkan). Sehingga untuk
berhubungan dengan Tuhan harus dengan cara melaksanakan yadnya. Tanpa
yadnya manusia tidak akan bisa berhubungan dengan tuhan karena manusia
telah dipengaruhi oleh Awidya (kegelapan, kebodohan, ketidak
tahuan). Dengan melaksanakan yadnya umat akan dapat merasakan kehadiran
Tuhan walaupun sebenarnya Tuhan itu ada dimana-mana (wyapi wyapaka nirwikara). Mengenai hal ini dejelaskan dalam kitab Rg.weda III.54.5 dan Bhagawadgita VII.8
- Mencetuskan rasa terima kasih
Sebagaimana
yang telah diuraikan diatas, bahwa alam semesta beserta segala isinya
diciptakan oleh Tuhan dengan yadnya-Nya. Tuhan juga memberikan segala
anugerah kepada umat manusia dan semua mahluk. Jadi untuk menunjukan
rasa terima kasih yang mendalam atas segala anugerah Tuhan maka patutlah
sebagai umat manusia melaksanakan yadnya dengan cara melakukan pemujaan
serta mempersembahkan sebagian kecil dari anugerah-Nya dengan hati yang
tulus dan ikhlas. Jangan sampai ketika kita diberikan kebahagiaan, lalu
kita lupa dengan kebesaran Tuhan dan hanya ingat bila mendapatkan
kesusahan saja. Pada intinya manusia harus bisa berterima kasih pada
Tuhan dengan yadnya. Mengenai tujuan yadnya untuk mencetuskan rasa
terima kasih dijelaskan dalam Sarasamusccaya I.4, Bhagawadgita III.11,
Bhagawadgita III.16 dan Rg.veda Viii.69.9
0 komentar:
Posting Komentar