Drona sedang menguji Arjuna |
Dalam Mahabharata diceritakan bahwa Prabu Pandu tidak bisa
melanjutkan keturunan karena dikutuk oleh seorang resi. Kunti—istri
pertamanya—menerima anugerah dari Resi Durwasa sehingga mampu memanggil dewa
sesuai dengan keinginannya, dan juga dapat memperoleh anugerah dari dewa yang
dipanggilnya. Pandu dan Kunti memanfaatkan anugerah tersebut untuk memanggil
Dewa Yama (Dharmaraja; Yamadipati), Bayu (Maruta), dan Indra (Sakra) yang kemudian
memberi mereka tiga putra. Arjuna merupakan putra ketiga, lahir dari Indra,
pemimpin para Dewa. Ia lahir di lereng gunung Himawan, di sebuah tempat yang
disebut Satsringa pada hari saat bintang Utara Phalguna tampak di zenith.
Arjuna dididik bersama dengan saudara-saudaranya yang lain
(para Pandawa dan Korawa) oleh Drona. Kemahirannya dalam ilmu memanah sudah
tampak sejak kecil. Pada usia muda ia mendapat gelar Maharathi atau
"kesatria terkemuka". Dalam suatu ujian, Drona meletakkan burung kayu
pada pohon, lalu menyuruh muridnya satu-persatu untuk membidik burung tersebut,
kemudian menanyakan apa saja yang sudah mereka lihat. Banyak murid yang
menjawab bahwa mereka melihat pohon, cabang, ranting, dan segala sesuatu yang
dekat dengan burung tersebut, termasuk burung itu sendiri. Ketika tiba giliran
Arjuna untuk membidik, Drona menanyakan apa yang dilihatnya. Arjuna menjawab
bahwa ia hanya melihat burung saja, tidak melihat benda yang lainnya. Hal itu
membuat Drona kagum dan meyakinkannya bahwa Arjuna sudah pintar.
Pada suatu hari, ketika Drona sedang mandi di sungai Gangga,
seekor buaya datang mengigitnya. Drona dapat membebaskan dirinya dengan mudah,
namun karena ingin menguji keberanian murid-muridnya maka ia berteriak meminta
tolong. Di antara murid-muridnya, hanya Arjuna yang datang memberi pertolongan.
Dengan panahnya, ia membunuh buaya yang menggigit gurunya. Atas pengabdian
Arjuna, Drona memberikan sebuah astra yang bernama Brahmasirsa. Drona juga
mengajarkan kepada Arjuna tentang cara memanggil dan menarik astra tersebut.
Menurut Mahabharata, Brahmasirsa hanya dapat ditujukan kepada dewa, raksasa,
setan jahat, dan makhluk sakti yang berbuat jahat, agar dampaknya tidak
berbahaya.
Pertapaan Arjuna
Dewa Siva dan Arjuna |
Dalam kitab Wanaparwa diriwayatkan kejadian setelah para
Pandawa—yang dipimpin Yudistira—kalah bermain dadu melawan para Korawa yang
dipimpin Duryodana. Sesuai ketentuan permainan tersebut, maka para Pandawa
beserta Dropadi mengasingkan diri ke hutan (wana dalam bhs. Sanskerta).
Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh Arjuna untuk bertapa demi memperoleh
kesaktian dalam peperangan melawan para sepupunya. Arjuna memilih lokasi
bertapa di gunung Indrakila. Dalam usahanya, ia diuji oleh tujuh bidadari yang
dipimpin oleh Supraba, namun keteguhan hati Arjuna mampu melawan berbagai
godaan yang diberikan oleh para bidadari. Para bidadari yang kesal kembali ke
kahyangan, dan melaporkan kegagalan mereka kepada Indra. Indra turun di tempat
Arjuna bertapa sambil menyamar sebagai seorang pendeta. Dia menanyakan tujuan
Arjuna melakukan tapa di gunung Indrakila. Arjuna menjawab bahwa ia bertapa demi
memperoleh kekuatan untuk mengurangi penderitaan rakyat, serta untuk
menaklukkan musuh-musuhnya, terutama para Korawa yang selalu bersikap jahat
terhadap para Pandawa. Setelah mendengar penjelasan dari Arjuna, Indra
menampakkan wujudnya yang sebenarnya. Dia memberikan anugerah kepada Arjuna
berupa senjata sakti.
Setelah mendapat anugerah dari Dewa Indra, Arjuna memperkuat
tapanya ke hadapan Dewa Siwa. Siwa yang terkesan dengan tapa Arjuna kemudian
mengirimkan seekor babi hutan berukuran besar. Ia menyeruduk gunung Indrakila
hingga bergetar. Hal tersebut membuat Arjuna terbangun dari tapanya. Karena ia
melihat seekor babi hutan sedang mengganggu tapanya, maka ia segera melepaskan
anak panahnya untuk membunuh babi tersebut. Di saat yang bersamaan, Siwa datang
dan menyamar sebagai pemburu, turut melepaskan anak panah ke arah babi hutan
yang dipanah oleh Arjuna. Karena kesaktian dewa, kedua anak panah yang menancap
di tubuh babi hutan itu menjadi satu. Pertengkaran hebat terjadi antara Arjuna
dan Siwa yang menyamar menjadi pemburu. Mereka sama-sama mengaku telah membunuh
babi hutan siluman, namun hanya satu anak panah saja yang menancap, bukan dua.
Maka dari itu, Arjuna berpikir bahwa si pemburu telah mengklaim sesuatu yang
sebenarnya menjadi hak Arjuna. Setelah adu mulut, mereka berdua berkelahi. Saat
Arjuna menujukan serangannya kepada si pemburu, tiba-tiba orang itu menghilang
dan menampakkan wujud aslinya sebagai Siwa. Arjuna meminta maaf karena ia telah
berani melakukan tantangan. Siwa tidak marah kepada Arjuna, justru sebaliknya
ia merasa kagum. Atas keberaniannya, Dewa Siwa memberi anugerah berupa panah
sakti bernama pasupati.
Setelah menerima senjata pasupati, Arjuna dijemput oleh para
penghuni kahyangan untuk menuju kediaman Indra, raja para dewa. Di sana Arjuna
menghabiskan waktu selama beberapa tahun. Di sana pula Arjuna bertemu dengan
bidadari Urwasi. Karena Arjuna tidak mau menikahi bidadari Urwasi, maka Urwasi
mengutuk Arjuna agar kelak menjadi banci (peran Arjuna sebagai banci
diceritakan sebagai dalam buku Wirataparwa). Kutukan itu dimanfaatkan oleh
Arjuna pada saat para Pandawa menyelesaikan hukuman pembuangan mereka dalam
hutan. Setelah menyelesaikan hukuman pembuangan, Pandawa beserta Dropadi
berlindung di kerajaan Wirata. Sesuai dengan perjanjian yang sah—sebagai akibat
kekalahan saat bermain dadu—maka para Pandawa beserta Dropadi harus hidup dalam
penyamaran selama satu tahun. Maka dari itu, para Pandawa beserta Dropadi harus
menyembunyikan identitas asli mereka dan hidup sebagai orang lain. Di sana
Arjuna menyamar sebagai guru tari yang banci, dengan nama samaran
Brihanala.[11] Meskipun demikian, Arjuna telah berhasil membantu putra mahkota
kerajaan Wirata, yaitu pangeran Utara, dengan menghalau musuh yang hendak
menyerbu kerajaan Wirata.
Arjuna menerima
Bhagawadgita
Dalam Mahabharata, peran Kresna sebagai kusir bermakna
pemandu atau penunjuk jalan, yaitu memandu Arjuna melewati segala kebimbangan
hatinya dan menunjukkan jalan kebenaran kepada Arjuna. Ajaran kebenaran yang
diuraikan Kresna kepada Arjuna disebut Bhagawadgita. Hal itu bermula beberapa
saat sebelum perang di Kurukshetra dimulai. Saat Arjuna melakukan inspeksi
terhadap pasukannya, ia dilanda pergolakan batin ketika ia melihat kakeknya,
guru besarnya, saudara sepupu, teman sepermainan, ipar, dan kerabatnya yang
lain berkumpul di Kurukshetra untuk melakukan pembantaian besar-besaran. Arjuna
menjadi tak tega untuk membunuh mereka semua. Dilanda oleh masalah batin,
antara mana yang benar dan mana yang salah, Arjuna bertekad untuk mengundurkan
diri dari pertempuran.
Kresna yang baik hati, setelah melihat kawan-kawan dan sanak
keluarga di hadapan saya, dengan semangat untuk bertempur seperti itu, saya
merasa anggota-anggota badan saya gemetar dan mulut saya terasa kering...
(Bhagawadgita, I:28)
Kita akan dikuasai dosa jika membunuh penyerang seperti itu.
Karena itu, tidak pantas kalau kita membunuh para putra Drestarastra dan
kawan-kawan kita. O Kresna, suami Dewi Laksmi, apa keuntungannya bagi kita, dan
bagaimana mungkin kita berbahagia dengan membunuh sanak keluarga kita sendiri?
(Bhagawadgita, I:36)
Untuk mengatasi kebimbangan Arjuna, Kresna menguraikan
ajaran-ajaran kebenaran agar semua keraguan di hati Arjuna sirna. Kresna
menjelaskan apa yang sepantasnya dilakukan Arjuna sebagai kewajibannya di medan
perang. Selain itu Kresna menunjukkan bentuk semestanya kepada Arjuna. Ajaran
kebenaran yang dijabarkan Kresna tersebut dikenal sebagai Bhagawadgita. Kitab
Bhagawadgita yang sebenarnya merupakan suatu bagian dari Bhismaparwa, menjadi
kitab tersendiri yang sangat terkenal dalam ajaran Hindu, karena dianggap
merupakan intisari dari ajaran-ajaran Weda.
0 komentar:
Posting Komentar