Loading...

MENGENALI PIKIRAN

Pikiran
Pikiran adalah substansi cerdik, gerakannya aneh, dia akan memainkan peran ganda. Dia tidak memiliki bentuk sendiri dan akan mengambil bentuk obyek dimana dia berada. Karakteristik pikiran adalah menggelepar dan terbang kesana kemari. Kekuatan pikiran tak dapat dilukiskan. Kecepatan pikiran lebih besar ketimbang apapun di dunia ini, bahkan lebih cepat dari sinar ataupun angin.
Pikiran dapat diandaikan juga bagai api. Cahaya yang keluar dari api dapat menghapus kegelapan disekelilingnya dan dapat membantu kita dalam melakukan kegiatan. Api dapat sebagai penghangat yang membantu menghadapi kedinginan. Namun jika rumah kita kontak langsung dengan api, maka dapat menyebabkan bahaya. Selain itu pikiran juga bagai pisau yang dapat bermanfaat untuk mengupas buah ataupun sayuran dan dapat pula menjadi sangat berbahaya jika pisau itu dipakai untuk melukai orang.
Pikiran adalah penyebab dari penderitaan dan kesenangan, kasih sayang, kebencian dan keinginan materialistis. Jadi suka duka dan kedamaian  yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari adalah manifestasi dan modifikasi dari pikiran. 

Hal itu dinyatakan pula dalam Sarasamuscaya sloka 80, “Mano hi mulam sarvesamindrayanam pravartate, subhasubhasvavasthasu karyam tat suvyavasthitam.” (Sebab yang disebut pikiran itu, adalah sumbernya nafsu, yang menggerakkan perbuatan  yang baik atau buruk, oleh karena itu, pikiranlah yang segera patut diusahakan pengekangannya/pengendaliannya).

Kedamaian sebenarnya selalu mengalir dan ada pada setiap orang dalam dirinya, dalam perasaannya dan dalam kesadarannya yang terdalam. Penyebab utama aliran kedamaian tersebut tidak mengalir adalah karena tertutup oleh lapisan kama (keinginan, krodha (kemarahan), dwesha (kebencian), asuya (iri hati) ataupun hal-hal buruk lainnya akibat permainan pikiran. Dewasa ini orang selalu mengeluh bahwa dia tidak merasakan kedamaian dan kebahagian, tapi tidak berusaha mencari penyebabnya. Merupakan tugas setiap manusia untuk memahami sifat dari pikiran tersebut dan mengarahkannya pada jalan kebaikan.

Dalam sarasamuscaya sloka 81 dinyatakan, ”Duragam bahudhagami prarthanasamsayatmakam, manah suniyatam yasya sa sukhi pretya veha ca.” (Keadaan pikiran itu tidak berketentuan jalannya, banyak yang dicita-citakan, terkadang besar  keinginan terkadang penuh kesangsian; demikianlah kenyataanya. Jika ada orang mengenali pikiran pasti orang itu memperoleh kebahagian, baik sekarang maupun di dunia lain.”

Setelah mengenali sifat, bentuk, keberadaan dari pikiran tersebut bagaimana agar pikiran yang sedemikian rupa tersebut bisa kita arahkan untuk mengatasi ataupun selalu membuat kedamaian dan kebahagian hati dalam setiap kehidupan.
Ada sebuah ilustrasi atau cerita yang menggambarkan bagaimana pikiran itu mesti diperlakukan, Seorang pemuda memiliki jin, apabila jin tersebut tidak diberikan pekerjaan maka ia akan memakan pemuda tersebut (tuannya). Pemuda berpikir keras agar jin tersebut selalu sibuk dan tidak memakan dirinya. Jin tersebut diperintahkan untuk membuat tembok yang sangat tinggi, kemudian jin itu diperintahkan naik turun, sehingga ia terus sibuk dan tidak berkesempatan untuk memakan tuannya. Demikian pula dengan pikiran, apabila diberikan kesibukan yang mulia dan baik, tidak akan punya kesempatan untuk memikirlan hal-hal yang tidak baik, yang menimbulkan kesedihan dan kesengsaraan bagi diri sendiri maupun orang lain.
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk memurnikan pikiran (memberikan kesibukan pada pikiran) agar tidak selalu terbang liar kesana kemari, menimbulkan keresahan, kedukaan dan kesusahan ataupun menyebabkan ketidakdamaian dalam hati. Berikan kesibukan kepada pikiran dengan selalu memikirkan dan menyebut namaNya (Namasmaranam). Kesibukan dengan memikirkan Namasmaranam ini akan mempersempit ruang untuk memikirkan yang tidak baik. Atau dengan kata lain teknik pemurnian pikiran bisa dilakukan dengan Namasmaranam.
Selanjutnya, disela-sela kesibukan kehidupan maka imbangi pula dengan melakukan pelayanan (seva)  terhadap sesama manusia, karena pelayanan terhadap sesama manusia hakekatnya adalah pelayanan terhadap Tuhan (Manawa seva is Madhawa seva). Serta selalu menerapkan panca pilar yaitu Sathya (kebenaran), Dharma (Kebaikan), Prema (kasih), Shanti (kedamaian) dan Ahimsa (tidak menyakiti). Semoga Pikiran Baik datang dari segala arah. 

Oleh  : Dra Ni Komang Astuti


0 komentar:

Posting Komentar

 
TOP