Hindu yang berdasarkan Kitab Suci ataupun Pustaka Suci, tidak pernah lepas dari sraddha dan bhakti. Kata sraddha dan bhakti yang berasal dari bahasa Sansekerta memang tertulis dalam Kitab Suci Weda dan Pustaka Suci Weda.
Salah satu dari demikian banyaknya arti kata sraddha dan bhakti adalah sebagai berikut: sattvanurupa sarvasya sraddha bhavati bharata, sraddha-mayo ‘yam puruso yo yac-chraddhah sa eva sah.
“Wahai putera Bharata, menurut kehidupan seseorang di bawah berbagai sifat alam, ia mengembangkan jenis kepercayaan tertentu. Dikatakan bahwa makhluk hidup memiliki kepercayaan tertentu menurut sifat-sifat yang telah diperolehnya.” (B.G. 17.3), dalam sloka ini kata sraddha artinya kepercayaan.
sri bhagavan uvaca mayy avesya mano ye mam nitya-yukta upasate sraddhaya parayopetas te me yuktatama matah, “Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Orang yang memusatkan pikirannya pada bentuk pribadi-Ku dan selalu tekun menyembah-Ku dengan keyakinan besar yang rohani dan melampaui hal-hal duniawi Aku anggap paling sempurna.” (B.G. 12.2), dalam ayat ini kata sraddha artinya keyakinan.
Mengenai kata bhakti juga ada dalam Kitab Suci yaitu: bhaktya mam abhijanati yavan yas casmi tattvatah, tato mam tattvato jnatva visate tad-anantaram, “Seseorang dapat mengerti tentang-Ku menurut kedudukan-Ku yang sebenarnya, sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, hanya dengan cara bhakti. Apabila ia sudah sadar akan Diri-Ku sepenuhnya melalui bhakti seperti itu, ia dapat masuk kerajaan Tuhan Yang Maha Esa.” (B.G. 18.55).
bhaktya tv ananyaya sakya aham evam-vidho ‘rjuna, jnatum drastum ca tatvena pravestum ca parantapa, “Arjuna yang baik hati, hanya melalui bhakti yang murni dan tidak dicampur dengan kegiatan yang lain Aku dapat dimengerti menurut kedudukan-Ku yang sebenarnya, yang sedang berdiri dihadapanmu, dan dengan demikian Aku dapat dilihat secara langsung. Hanya dengan cara inilah engkau dapat masuk ke dalam rahasia pengertian-Ku” (B.G. 11.54).
Dalam sloka-sloka di atas bhaktya artinya melalui bhakti. Jadi dari penjelasan disini dapat menemukan kata bhakti dan sraddha dalam salah satu kitab suci. Berdasarkan arti daripada kata sraddha, akan bisa kembangkan menjadi suatu keyakinan/kepercayaan akan sesuatu. Dimana dapat dibagi menjadi 2 yaitu laukika sraddha dan sastra sraddha.
Laukika sraddha adalah meyakini sesuatu dengan daya angan-angannya sendiri. Sementara bagi seorang bhakta yang melaksanakan bhakti, yaitu meyakini sastra sraddha yang mana artinya meyakini berdasarkan Kitab Suci atau Pustaka Suci.
Mengenai bhakti dijelaskan oleh Prahlada Maharaja penyembah Sri Wisnu dalam Bhagavata Purana dengan 9 cara bhakti (Nava Vida Bhakti) antara lain: sravanam (mendengar nama-nama suci, bentuk-bentuk, sifat-sifat, dan kegiatan sukacita rohani Sri Wisnu), kirtanam (megucapkan nama-nama suci Beliau).
Begitu juga dengan smaranam (mengingat kegiatan rohani Beliau), pada sevanam (melayani kaki padma Beliau), arcanam (memuja Beliau dalam bentuk arca vigraha), vandanam (bersembahyang atau menyampaikan doa-doa kepada Beliau), dasyam (menjadi pelayan Beliau), sakhyam (menganggap Beliau sebagai teman yang paling baik, dan atma-nivedanam (menyerahkan segalanya kepada Beliau dengan kata lain melayani Beliau dengan pikiran, kata-kata dan perbuatan).
Jadi istilah bhakti dalam kategori praktek bukan sekedar teori. Ada tiga hal yang berkaitan dengan bhakti yaitu bhakti, bhakta, Bhagavan. Karena bhakti maka dia menjadi seorang bhakta yang dimaksudkan untuk melayani Sri Bhagavan.
Setiap insan yang ingin mencari kebenaran tertinggi dapat dengan cara bhakti kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna. Pengabdian akan menjadi sempurna kalau didasari dengan keyakinan (sraddha) kepada Tuhan dan perlengkapan Beliau.
Bhakti juga dapat dibedakan menjadi vaidhi bhakti dan ragha nugha bhakti. Vaidhi bhakti yaitu seorang bhakta sangat tekun mengikuti aturan dan peraturan sesuai Kitab Suci di bawah tuntunan guru kerohanian yang dapat dipercaya. Sementara ragha nugha bhakti adalah bhakti dengan cara mengikuti hubungan-hubungan antara rekan-rekan intim Tuhan yang ada di dunia rohani, juga di bawah bimbingan seorang guru yang berkualifikasi, namun hal ini dipraktekkan setelah para bhakta dianggap sangat maju dalam vaidhi bhakti.
Jadi kesimpulannya bhakti dan sraddha tidak akan berfungsi kalau hanya dalam tingkat teori. Sraddha dikembangkan untuk bhakti, dan bhakti digunakan untuk memuaskan Tuhan “selamat mempraktekkan”.
Oleh : Ida Waisnawa Pandita Damodara Pandit Dasa
Penulis, Pimpinan Sri-Sri Krishna
Balarama Ashram - Denpasar
0 komentar:
Posting Komentar