Loading...

PAHALA SEORANG BHAKTA


Bhakti Yoga adalah jalan bagi orang yang besifat emosional, sang pencinta. Ia ingin mencintai Tuhan, karena itu ia menggunakan semua jenis ritual, bunga, dupa, bangunan indah, bentuk indah dan sejenisnya (Hindu Agama Universal, Bunga Rampai Pemikiran dan Kisah Swami Vivekananda, terjemahan Hira D. Ghindwani, 2005: l16).
Di samping itu, Bhakti Yoga dasarnya adalah penyerahan diri tanpa batas. Dapat pula dikatakan, pengabdian terpusat, ia harus dipandang ada di jalan benar, sebab ia telah bertindak menuju yang benar. Karena kebenaran oleh rasa bhakti, menimbulkan rasa kasih dan kecintaan mendalam di dalam hati terdalam para pemuja, penuh perhatian, tulus dan murni memujanya tanpa pamrih. Justru hal ini dapat mengalirkan anugrah  setimpal dengan kesungguhan bhaktinya. Inilah kekuatan berkah Bhakti Yoga.
Rasa bhakti kepada Tuhan yang sungguh-sungguh akan memberi kematangan rohani, lama kelamaan berproses, menjadi mampu mengatasi satwik, rajas dan tamas. Tinggallah perasaan tenang karena selalu dekat dengan Tuhan. Puas memperoleh apa adanya dari segala usaha dan perbuatan yang benar. Perasaan syukur dan hati jujur timbul oleh adanya keyakinan akan adanya, Tuhan di dalam bhakti itu sendiri.
Lebih lanjut, dapat disimak di dalam Bhagavad Gita, di sana jelas terjadi, Krishna telah menjadi kusir kereta Arjuna. Mengapa seorang Krishna (awatara) mau menjadi seorang kusir kereta perang Arjuna? Krishna dikenal sebagai seorang raja besar. Seorang raja sakti disegani didunia dan mempunyai pengaruh sangat besar. Ahli perang, politik dan strategi. Mempunyai tentara dan jenderal perang cukup menggetarkan musuh-musuhnya. Krishna dikatakan lahir sebagai manusia, sebagaimana adanya manusia biasa. Tetapi secara rohani tak pernah terlahirkan. Tuhan datang menghadirkan diri-Nya (Krishna) ke bumi untuk menyelamatkan dunia sesuai dengan janji-Nya. Menyelamatkan orang bijaksana, budiman, bumi dan makhluknya. Setiap puncak kehancuan moral terancam, Krishna akan datang ke dunia sebagai penyelamat. Ini adalah hukum alam semesta yang telah terjadi berulang kali.
Arjuna kesatria biasa, bukan seorang raja yang memiliki kekuasan luas. Raja adalah kakaknya sendiri Prabhu Yudhistira. Tetapi Krishna bersedia menjadi kusir kereta perang Arjuna, di dalam perang Bharata Yudha. Meskipun Krishna awatara, hidupnya sama seperti seorang manusia biasa, bisa sakit, mati babkan kerajaannya pun berakhir tenggelam dilanda laut. Matinya pun seperti manusia biasa. Ia awatara yang hidupnya benar-benar sebagai manusia. Datang ke dunia memberi pelajaran dan menyelamatkan dunia beserta isinya, akibat dari keserakahan dan kekacauan perkembangan berpikir manusia. Krishna datang sebagai manusia biasa memberi pelajaran kesusilaan kepada manusia serakah, yang berniat menguasai dunia dengan kekerasan.
Kusir kereta dapat dikatakan sebagai pekerjaan melayani (pelayan), terhadap seseorang yang mempunyai superioritas lebih (majikan). Begitu besarkah harga seorang Arjuna dihadapan Krishna sehingga Krishna rela menjadi kusirnya? Di sini ada rahasia tersembunyi, harus dicari dan dipecahkan melalaui renungan mendalam, agar dapat menemukan jawaban memuaskan.
Arjuna seorang bhakta yang sangat tulus. Bhakti secara murni kepada Krishna. Ia menganggap Krishna sebagai teman sejati, kakak ipar, guru serta pelindungnya. Ia percaya penuh kepada Krishna. Seolah-olah apa pun terjadi diadukan kepadanya. Dipercayakan pemecahannya kepada-Nya. Akibat dari prilakunya ini, ia menjadi sangat kasih kepada Krishna. Mengagumi, memuja, menganggap Krishna adalah sahabat dan sekaligus guru, paling dekat dan nyata tempat berlindung. Tanpa disadari Arjuna telah berperilaku sebagai seorang bhakta yang tulus.
Bhaktinya seperti tanpa ada keraguan sedikit pun. Arjuna pun menyerahkan seluruh kepercayaan dan yakin Krishna mampu melindungi dirinya Tidak sedikit pun ada keraguan tentang ketidak-mampuan Krishna melindungi dirinya dari segala masalah yang dihadapi. Arjuna menjadi pengikut taat, murid patuh dan setia sepenuh hati.
Seperti apa yang dikatakan di dalam Bhagavad Gita, “Sesungguhnya mereka yang berlindung pada-Ku, meskipun dari kelahiran rendah, O Arjuna, dari perempuan, waisya atau pun sudra, mereka juga mencapai tujuan tertinggi”.
Seorang bhakta dikatakan di dalam Bhagavad Gita tidaklah dinilai kemuliaannya dari keturunannya, besarnya upacara yang telah dipersembahkan. Apalagi kalau upacara dibuat dengan keterpaksaan atau semangat ego yang tinggi. Emosi kebanggaan kepada harga diri seorang bhakta, mengharap hasil berlebihan dan hal lain di luar kemurnian rasa bhakta.  Bhakti itu akan menosot kemuliaannya.
Dijelaskan lebih lanjut dengan sederhana: “Bila engkau mempersembahkan buah, bunga, daun, air dan api dengan hati tulus Aku terima dengan tulus pula”. Persembahan sederhana dinilai sangat mulia apabila disertai dengan jiwa yang tulus. Ketulusan seorang bhakta di dalam mempersembahkan sesuatu, adalah kunci nilai persembahan itu sendiri. Kemuliaan sejatilah pahalanya.
Seorang bhakta, seorang yang setia mengikuti perintah Tuhan. Seorang yang di lidahnya tak ada kata-kata kebencian tetapi dipenuhi dengan nama-nama Tuhan yang membawa kedamaian. Ucapannya menyejukkan hati dan membawa orang untuk selalu mengingat Tuhan.
Seorang bhakta yang dicintai Tuhan, orang yang membagi-bagikan egonya kepada para makhluk menderita. Tidak perlu melakukan diskriminasi; berdasarkan asal-usul, keturunan, keyakinan, ras dan lain sebagainya. Ia memuja Tuhan dengan kasih. Bhakta bukan kasih semata-mata hanya kepada Tuhan sebaliknya pula kasih kepada makhluk ciptaan-Nya (bersifat imanen dan transenden). Kasih secara vertikal maupun horizontal. Bhakta tidak hanya mementingkan diri sendiri, tetapi ikut membantu pekerjaan Tuhan untuk menyejahterakan dunia. Bukan saja mengenang Tuhan hanya dengan ucapan pasif tetapi diikuti dengan perbuatan dan kebulatan hati, tak tergoda oleh semangat ego yang besar. Maupun kepentingan diri semata-mata dalam arti sempit.
Krishna menyatakan, “Sesungguhnya mereka yang menumpahkan segala kerja mereka kepada-Ku (rasa bhakti) mempersembahkan dari pada-Ku, bermeditasi dan berbhakti hanya pada-Ku dengan yoga yang tidak terbagi-bagi.” Lebih lanjut dikatakan, “Mereka yang pikirannya tertuju kepada-Ku langsung, O Arjuna, Akulah pembebas mereka dari laut kesengsaraan kematian.
Dapat digambarkan bahwa mereka yang bhakti kepada Tuhan, terbebas dari laut kesengsaraan. Terhindar dari kematian dalam arti hidup dalam kegelapan. Kesengsaraan, duka, keadaan hal-hal yang menyakitkan, sebaliknya membawa jiwa manusia kepada rasa gairah dan kebahagiaan.
Karenanya, para bhakta adalah pejuang-pejuang tulus, ingin mempertahankan dunia dari kehancuran. Orang-orang yang menjadi tangan Tuhan, pejuang melawan para tirani yang ingin merusak dan menghancurkan dunia dengan kekerasan. Seperti dikatakan di dalam Bhagavad Gita lebih lanjut, “Ada empat kelompok orang yang baik hati, pemuja (bhakta) kepada-Ku, wahai Arjuna (yaitu) mereka yang sengsara, yang mengejar ilmu, yang mengejar harta dan yang berbudi, O Arjuna.” Dari empat kelompok terkasih itu, dijanjikan keinginannya akan dipenuhi. Bila mereka datang sebagai bhakta yang tulus dan yakin sepenuh hati tanpa keraguan. Bahkan apa yang mereka tak punya akan diberikan. Sebaliknya apa yang mereka punya akan dilindungi. Dari keempat kelompok itu, orang berilmu yang dikatakan paling dikasihi-Nya. Orang yang belajar dan mencari Tuhan terus-menerus, melalui usaha tak pernah kenal putu asa.
Ketika perang Bharata Yudha akan pecah, Arjuna dan Duryodhana sebagai musuh kebetulan menghadap bersamaan kepada Krishna untuk mohon bantuan. Pada saat itu, Krishna masih tidur. Di hadapan pembaringan Krishna, Arjuna sebagai seorang yang berilmu dan budiman, ia menunggu Krishna sadar dari tidurnya, berdiri di dekat kaki Krishna (karena rasa bhaktinya). Sedangkan Duryodhana berdiri di dekat kepala Krishna. Ketika Krishna sadar dari tidurnya yang dilihat pertama kali adalah Arjuna. Menurut kesusilaan dan pendapat Krishna bahwa yang pantas dilayani pertama adalah yang dilihat pertama kali. Maka itu, permintaan Arjuna yang pantas dipenuhi pertama. Arjuna memilih Krishna. Bahkan Arjuna meminta Krishna untuk menjadi kusir kereta perang Arjuna (karena Arjuna seorang bhakta, Krishna tidak bisa menolak). Sedangkan Duryodhana memilih tentara Krishna yang jumlahnya sangat banyak.
Di sinilah terjawab, mengapa Krishna bersedia menjadi kusir kereta perang Arjuna, tak mampu menolak perminaan Arjuna?. Tak lain karena Arjuna seorang bhakta yang sangat setia, Arjuna melayani Krishna dengan penuh ikhlas dan murni. Sebagai seorang bhakta yang murni dan tulus. Krishna tak bisa menolak permintaan Arjuna. Bahkan Krishna dengan senang hati melaksanakan permintaan Arjuna. Arjuna seorang bhakta yang telah memikat hati-Nya. Siapapun dapat menjadi terkasih seperti Arjuna, apabila mampu menjadi bhakta yang tulus sepenuh hati.

Oleh: Ngurah Parsua

0 komentar:

Posting Komentar

 
TOP