Prahlada & Narasimha |
Diceritakan pada jaman dahulu, tersebutlah seorang yang bernama Prahlada, putera dari seorang raja yang sakti mandraguna bernama Harnyakasipu, walaupun Pralada adalah seorang putera raja, namun ia amatlah bersahaja, selalu hormat kepada orang tua yang sekaligus sebagai raja, ia adalah pemuja Deva Visnu, sang pencipta alam semesta, manifestasi Tuhan Yang Maha Esa.
Pada suatu hari ia tidak diperkenankan lagi memuja Visnu oleh sang ayah. Kegiatan seperti itu supaya dihentikan. Haranyakasipu mengaku, bahwa yang seharusnya disembah adalah dirinya, hanya dirinyalah yang patut disembah,ayahnya yang mengaku sakti, tidak bisa dilukai dengan senjata apapun, tidak bisa mati siang atupun malam hari,didalam ataupun di luar rumah, katanya lagi tidak Tuhan yang patut disembah selain dirinya. Mendengar ucapan ayahnya itu Prahlada sedikitpun tidak terpengaruh,tetapi melaksanakan kebiasaan menyembah Visnu, Prahlada tidak pernah ingkar akan Swadharmanya sebagai seorang anak kepada sang ayah, sebagai rakyat pada sang raja, ia tetap tekun memuja Visnu, ia tetap menghormati Haranyakasipu hanya sbeatas seorang raja, ia tidak mau memujanya seperti memuja Deva Visnu, ia tidak mau menganggap Haranyakasipu sebagi Tuhan sebagaimana seruan ayahnya. Melihat kejadian seperti itu Haranyakasipu merasa tidak dihiraukan dan menjadi sangat marah, Haranyakasipu bertekad bulat hendak membunuh Prahlada, yang tidak lain adalah putranya sendiri.Untuk merealisasikan niatnya itu, pertama-tama yang dilakuakn adalah memerintahkan kepada dayang-dayang untuk membubuhkan racun pada makanan yang disuguhkan kepada Prahlada. Setelah Prahlada menyantap makanan yang disuguhkan itu ia tidak merasa apa-apa, tetapi tetap melakukan Namasraman (menyebut nama, manifestasi Tuhan sebagai Hiang Visnu). Karena ketulusan itulah, racun yang dibubuhkan untuknya itu berubah menjadi zat yang berguna bagi kesehatan Prahlada, ia selalu berada dalam lindungan Tuhan. Percobaan-percobaan terus dilakukan oleh sang raja sebagai penguasa negeri.
Pernah di tempat dimana Prahlada melakukan meditasi dilepaskan beberapa binatang buas seperti ular cobra berbisa, harimau dengan maksud untuk mengusik konsentrasinya, namun yang terjadi bukanya memangsa atau menggigit Prahlada, tetapi sebaliknya semua binatang-binatang itu ketika mendekat di tempat Pralada melakukan namasranam, semua binatang buas itu menjadi jinak dan sebagai teman seta menjadi pelindungnya . Kenyataan seperti itu membuat Haranyakasipu mejadi semakin marah, lalu diperintahkan pasukan khusus tang ahli memainkan senjata untuk langsumg membunuh anak kandungnya itu. Yang terjadi sangatlah menakjubkan, semua senjata yang diarahkan kepadanya meleset (tidak mengenai sasaran ), satupun tidak mengenai tubuh Pralada, padal ia tidak menghindar dan tidak melakukan perlawa- nan. Melihat pasukanya tidak ada yang mampu melaksanakan peritah raja, akhirnya Har-anyakasipu turun tangan langsung menantang Prahlada, ia meminta agar Pralada mampu menunjukan kekuatan Tuhan yang dipercayainya itu, demikian pula Haranyakasipu ingin menunjukan bahwa dirinyalah yang lebih sakti daripada Visnu (sebutan Tuhan yang dipuja-puji Prahlada).
Pralada tetap teguh pada keyakinannya, bahwa Tuhan akan senantiasa melindu- ungi dirinya dimana saja dan kapan saja, bahkan ketika ayahnya bertanya “Apakah dalam tiang istana ini ada Tuhan ? Prahlada mejawab” Ya, ada saya yakin pada sat itulah ke- marahan Haranyakasipu memuncak dan pedang yang dipegangnya ditebaskan, kearah sebuah pilar.Tiba-tiba pilar (tiang) itu berubah menjadi makluk aneh, berbadan manusia berkepala singa yang disebut sebagai Narasinga, tidak lain adalah salah satu Avatara (penjelmaan Visnu) untuk mejawab tantangan Haranyakasipu. Lalu diterkamlah Haranyakasipu diemperan rumah,dibawah cucuran atap istananya pada senja hari.
Jadi jelaslah bahwa Tuhan maha kuasa dan maha sakti, Haranyakasipu dapat terbunuh bukan oleh manusia, bukan pula dengan senjata melainkan menggunakan kuku, ia bukan dibunuh didalam atau diluar rumah dan bukan juga pada waktu siang atau malam, melainkan pada waktu senja hari yang disebut Sandikala ( saat peralihan waktu dari siang ke malam). Prahlada selalu selamat berkat ketekunannya melakukan namasmaran am kepada Visnu (manifestasi Tuhan sebagai pencipta dan pelindung ciptaannya ).
Mari kita tetap melakukan pemujaan dengan cara-cara yang telah biasa kita lakukan,
sesuai keyakinan masing-masing serta berlatih melakukan Namasmaranam, menyebut dan mengingat nama-nama Tuhan sebagai salah satu wujud bhakti kepadaNya, pada Kaliyu ga (Zaman Kali) ini segala nama / gelar Beliau sangat bertuah untuk disebut atau dikidu ngkan (dinyanyikan), tetap teguh pada doktrin “ Satyam eva jayate” ( Hanya kebenaran atau ke-bajikan yang jaya ), karena Tuhan, Pelindung Agung Dharma selalu berpihak pa- da kebena-ran, kebajikan dan kesucian).” Om Isvaraya namo namah” Hanya Tuhan yang kita sembah, kepadaNya jua kita memohon tuntunan, siapapun tiada berdaya memberi tuntunan untuk menyucikan bathin kita.
Percaya dan yakinlah pada sloka Bagavadgita
- Bab IV sloka (7) :“yada-yadu hi dharmasya, glanir bhavati bharata, abhiyutthanam adharmasya, tada tmanam sryjamy aham”.
- Bab IV sloka (8) :“paritranaya sudhunam, vinasaya cha dushkrtam, dharma samsthapanarthaya, sambhavani yuge-yuge”
Dua sloka ini selalu diperdengarkan setiap episode pementasan filem Mahabarata yang terjemahannya adalah
“ Manakala dharma hendak sirna adharma hendak merajalela, saat itu wahai keturunan Bharata, aku snediri turun menjelma demi untuk melidungi kebajikan, dmei memusnakan kejaliman dan demi untuk menegakan dharma, Aku jadikan diriku sendiri (lahir) kedunia dari masa ke masa.
0 komentar:
Posting Komentar