Loading...

MEMAKNAI KEHADIRAN AWATARA

Avatara dari jaman ke jaman

Dari dahulu India menjadi pusat inspirasi bagi pencari kebenaran dan bagi yang berhasrat meningkatkan spiritualitas. Bagaimanapun kolonialisme, imperialisme, dan misionaris mencoba memporakporandakannya, tetapi posisi India seperti itu sampai sekarang ini belum tergantikan. Bahkan pasca modern ini posisi India tersebut kembali mendapatkan revitalisasi. Bagi Hindu hal ini tidak dapat dipungkiri, karena India memang merupakan tanah kelahiran Sanatana Dharma. Oleh karena itu wajar kalau kita melakukan reorientasi kearah sana. 
Ada sederetan nama yang mempunyai kualifikasi Mahaatma yang secara terus menerus memancarkan vibrasi spiritual ke seluruh dunia. Dibidang Sastra ada Rabindranath Tagore seorang penyair yang merupakan orang pertama di dunia yang mendapatkan hadiah Nobel dibidang sastra. Syair-syairnya yang memikat dengan kedalaman nilai membuatnya layak untuk mendapatkan penghargaan setingkat itu. Dengan keluhuran nilai-nilai yang disampaikan membuat orang terkagum-kagum menikmatinya. Adalah Mahaatma Gandhi yang menawarkan perjuangan/konfrontasi nonviolent (tanpa kekerasan) menghadapi penjajahan Inggris dan membawa India kepada kemerdekaan. Ini merupakan sesuatu yang rasanya tidak mungkin ketika kekuatan persenjataan/militer menjadi pendukung ambisi beberapa Negara untuk menguasai Negara lain. 
Bentangan waktu yang begitu lama dalam perjalanan Sanatana Dharma melahirkan beberapa pemikir dan pembaharu, sehingga sampai sekarang konsep Sanatana Dharma ini tetap eksis walaupun merupakan agama tertua di dunia. Beberapa peneliti bahkan mengatakan bahwa Veda merupakan konsep spiritual tertua yang dimiliki umat manusia, dan masih tetap eksis sampai saat ini. Masih banyak guru spiritual yang mewartakan nilai Sanatana Dharma ke seluruh dunia dari dulu sampai sekarang.
Ada pertanyaan penting yang patut kita sampaikan. Apa yang membuat ajegnya konsep Sanatana Dharma sampai saat ini ? Beberapa agama-agama lain menyebarkan agamanya, mencari pengikut secara persuasif bahkan progresif. Usaha-usaha seperti ini kemudian kita mengenalnya dengan terminologi menjalankan misi/misionaris. Ada lagi yang membela mati-matian agamanya dari pengaruh dan kontaminasi pihak lain seolah-olah akan ada kehancuran dunia bila tidak dibela. Ini sangat bertolak belakang dengan konsep Sanatana Dharma. Konsep Sanatana Dharma menjamin keselamatan dan keberadaan setiap orang yang melaksanakannya. Dharma sendirilah yang akan melindungi dirinya, bukan sebaliknya Dharma yang harus dilindungi. Yang harus diusahakan adalah pelaksanaan Dharma itu sendiri. Ini merupakan kepastian dalam agama Hindu. Seperti apa yang tedapat dalam sloka Sarasamuccaya: 
“mwang kottaman ikang dharma, prasiddha sangkaning hitawasana, irikang mulahaken ya, mwang pinakacraya sang pandita, sangksepanya, dharma mantasakenikang triloka”. 
“dan keutamaan dharma itu sesungguhnya merupakan sumber datangnya kebahagiaan bagi yang melaksanakannya; lagipula dharma itu merupakan perlindungan orang yang berilmu; tegasnya hanya dharma itu yang dapat melebur dosa triloka”.
Bagi penganut ajaran Sanatana Dharma yang lebih popular disebut Agama Hindu, yang penting untuk diingat dan dilaksanakan secara terus menerus adalah pelaksanaan Dharma itu sendiri. Kalau pelaksanaan Dharma ini menurun sementara hal-hal yang bertentangan dengan Dharma merajalela, maka pada saat itulah Beliau mengambil wujud dan hadir di dunia untuk menyelamatkan pelaksanaan Dharma. Dimana dan kapan pun hal ini terjadi. Seperti sloka IV;7-8 dari Bhagavad Gita. Menurut saya kedua sloka ini merupakan jawaban atas pertanyaan diatas. Kenapa keberadaan Sanatana Dharma tetap eksis di muka bumi sampai saat ini ? Konsep ini lebih dikenal dengan konsep awatara. Belum pernah saya baca suatu penelitian apalagi secara pribadi saya belum pernah melakukan penelitian. Tetapi dari pengamatan saya bukan hanya di Indonesia, terlebih-lebih di Bali penghormatan terhadap keberadaan awatara tidak begitu kentara. 
Banyak yang menyampaikan bahwa sekarang ini merupakan jaman dimana semakin jauh dari pelaksanaan Dharma, sehingga sering juga disebut jaman Kali. Dijaman seperti ini pulalah diprediksikan akan kehadiran kekuatan Ilahi untuk mengembalikan tatanan kehidupan manusia. Pelajaran kita waktu di sekolah lanjutan mengatakan akan kehadiran Kalki awatara dengan cirri-ciri tertentu di jaman ini. Tidak ada seorangpun yang memastikan akan kehadiran-Nya di muka Bumi ini. Kapan, dimana, seperti apa kehadiran-Nya ? 
Banyak kemudian yang memprediksikan Sai Baba (mulai Sirdi, Sathya dan Prema Baba) sebagai awatara. Memang kehadiran dan Kelahiran Sai Baba ke dunia ini penuh dengan misteri, fenomenal bahkan kontroversial. Menurut saya, kontroversi ini adalah wajar-wajar saja, sebab kenyataan ini tidak dapat diresapi, dipahami dan dimaknai secara sama oleh seluruh umat manusia. Banyak sekali silang pendapat akan hal ini. Ada yang setuju dan menerimanya, tetapi ada yang bahkan sama sekali menolaknya. Menurut saya hal ini sah-sah saja. Yang paling penting argumentasi kita, apa sikap kita, dan makna apa yang kita dapatkan atas kehadiran-Nya. Waktu akan membuktikan apakah benar kehadiran-Nya ke dunia ini untuk tujuan perbaikan tatanan kehidupan manusia. 
Tetapi secara spiritual kita bisa membandingkan dengan kelahiran dua awatara sebelumnya yaitu Sri Rama dan Sri Krishna. Keberadaan dan kelahiran kedua awatara ini sebagai tauladan dalam kehidupan pun juga tidak serta merta dimengerti, diakui, diyakini apalagi dipercayai oleh semua orang. Bahkan banyak yang berkeinginan membunuhnya. Kalau keberadaan Beliau sebagai tauladan manusia saja tidak dipahami, bagaimana mungkin memahami keberadaan Beliau sebagai Tuhan ?
Berbeda dengan teman-teman kita Muslim dan Kristiani yang menempatkan Nabi Muhamad dan Yesus pada posisi yang begitu penting. Ajaran atau vacana-Nya merupakan panutan dan inspirasi bagi pemeluknya. 
Sebenarnya Hindu pun juga mengharapkan akan hal ini, bahkan lebih dari itu, namun kita tidak mampu menempatkan awatara kita seperti itu. Saya mensinyalir kurangnya pemahaman kita terhadap sastra-sastra Hindu sebagai penyebabnya. Banyak diantara kita beragama Hindu mengikuti orang tua, tetapi sangat sedikit kemudian untuk secara aktif mendalaminya. Banyak diantara kita yang tidak mau dan tidak mampu untuk membaca, memahami, dan mendalami sastra-sastra Hindu khususnya Bhagavad Gita. 
Baba mengatakan bahwa ada tiga alasan penting kelahiran manusia. Ketiganya adalah; dosa, godaan dan ketidaktahuan. Bila kita ingin dengan satu formula atau sekali pukulan mampu membuang bersih segala dosa, kebodohan dan gejolak godaan dalam pikiran, maka satu-satunya jalan adalah dengan tetap memikirkan nama Sri Rama. 
Jujur saya katakan, tidak banyak yang saya ketahui tentang kelahiran dan keberadaan Sri Rama, termasuk apa makna yang tersirat dalam kata Rama itu sendiri. Ternyata kata Rama terdiri atas tiga kelompok huruf, yaitu Ra, aa dan ma. Ketiga unsur ini dapat diuraikan menjadi Amrita beeja dan Agni beeja. Juga terkandung Surya dan Chandra; Matahari dan Bulan. 
Huruf Ra, dihubungkan dengan Matahari, mempunyai kemampuan menaburkan terangnya sinar yang melenyapkan kebodohan,
Huruf aa, dihubungkan dengan Bulan, mempunyai kemampuan menghilangkan gejolak godaan pada pikiran,
Huruf Ma dihubungkan dengan api, membakar habis karma buruk/dosa-dosa kita. 
Inilah kehebatan dan kesaktian dari kata Rama, sehingga disarankan untuk secara terus menerus mengingat, menyanyikan dan merenungkan Sri Rama. Makna mendalamnya adalah namasmaranam. Artinya mengulang-ulang menyebut dan menyanyikan, serta merenungkan nama-nama dan wujud Tuhan.
Dalam sebuah puisi berbahasa telugu Baba menyampaikan “Dapatkah pikiran terpusat ketika merenungkan Tuhan tanpa sifat dan tanpa pikiran baik ? Dapatkah rumah dibangun tanpa batu-bata dan semen perekat ?”
Inilah sesungguhnya fungsi dan eksistensi Beliau sebagai avatar. Sebagai jembatan untuk memahami keberadaan Tuhan yang tanpa bentuk dan tanpa sifat.
Telah saya katakan bahwa di Indonesia, terlebih-lebih di Bali memang sedikit berbeda. Tidak ada penghormatan khusus terhadap awatara. Kita lihat misalnya Rama maupun Krishna. Orang sering mendengarkan kekidungan-Nya, kisah kehidupan-Nya, tetapi posisi yang diberikan dalam hatinya tidak seperti semestinya posisi awatara. Keberadaan awatara menghendaki posisi tertentu dalam hati penganut-Nya. “Bila saja engkau mau menaruh dalam altar hatimu kepercayaan yang mantap akan KeIlahian-Ku engkau akan memperoleh penampakan atas kenyataan diri-Ku”. 
Pada kesempatan lain Baba juga menyampaikan “Walau dengan sadhana seseorang dapat merebut anugrah Sri Rama, namun bila ia belum memahami dan menyadari kualitas manusiawi yang ada pada diri Sri Rama, maka orang itu juga tidak akan dapat mengetahui luas dan utuhnya KeIlahian Sri Rama”. 
“Hanya bila Tuhan muncul di kalangan manusia dalam wujud avatar, maka Dia akan dekat dengan manusia dan dengan demikian bisa memberikan contoh kepada umat manusia. Hubungan nyata yang terjadi ibarat manusia dengan manusia selalu dipertunjukkan oleh avatar, sebab Tuhan yang menjelma sebagai avatar dengan wujud sebagai manusia agar manusia dapat melihat dan merasakan langsung contoh yang terlayak dalam kehidupan nyata. Adalah suatu yang alami dalam hubungan ini bahwa Tuhan memiliki wujud manusia sebagai Sri Rama dan pada saat yang sama menciptakan keadaan yang menyebabkan manusia bisa belajar kebajikan dan ketaatan pada dharma”.
Memang memastikan akan keberadaan keawataraan Sai Baba ini sangat sulit, dan tidak mungkin untuk diseragamkan. Secara pribadi hal ini harus dibuktikan melalui perjalanan dan pengalaman spiritual masing-masing. Hal ini membutuhkan kematangan perkembangan intuitif dan perkembangan kearah spiritual. Tentu saja ini membutuhkan waktu, dan waktu ini tidak terbatas. Sedangkan kita yang menganalisisnya penuh dengan keterbatasan. Perjalanan spiritual seseorang tidaklah sama, sehingga apresiasinya juga akan berbeda. Apalagi sekarang belum semua orang mendengarkan atau mengetahui kehadiran-Nya. 
Menurut saya keberadaan Sai Baba dapat dipahami dengan tiga pendekatan (tri premana). Pendekatan yang pertama adalah pendekatan dengan penglihatan langsung (pratyakhsa pramana). Banyak orang yang awalnya sama sekali tidak pernah mendengarkan keberadaan Sai Baba, tetapi langsung melihat dan mengalaminya, kemudian percaya. Tidak jarang hal seperti ini melintasi ruang, waktu, agama, suku bangsa dan segala tetek bengek lainnya. Adalah Howard Murpet seorang praktisi Para Psikologi asal Australia yang lama menetap di Prancis berhasil dengan gamblang dan cermat mengamati, mengomentari, mengapresiasikan, dan akhirnya mempercayai keberadaan Sai Baba. Buku tulisannya sangat terkenal dan dibaca di seluruh dunia. Pengalaman John Hislop dari Amerika, DR. Frank G. Baranowski seorang Ilmuwan di Arizona University dan masih banyak lagi orang yang mendapatkan kesempatan secara langsung untuk bersentuhan dengan konsep-konsep Awatara, kemudian meyakini dan mempercayai-Nya. Pendekatan kedua adalah (anumana premana) mendengarkan perkataan dan pendapat orang-orang suci yang mempunyai pandangan bathin yang mantap. Di tempat kita hal ini jarang dan susah, tetapi dalam perjalanan hidup Sai Baba dalam buku Sathyam Siwam Sundaram dapat kita simak bagaimana ramalan-ramalan dan prediksi-prediksi orang-orang suci akan kelahiran-Nya. Pendekatan ketiga adalah pendekatan kepustakaan atau melihat nilai-nilai sastra(agama premana). Walau pun saya membaca sangat sedikit, pendekatan inilah yang saya coba lakukan, yaitu dengan melihat sastra-sastra kita. Pada pendekatan ini saya melihatnya dari Bhagavad Gita dan Whraspati Tattva.

Oleh: Dr Made Darmayasa Sp Og.

0 komentar:

Posting Komentar

 
TOP