Loading...

FILSAFAT HINDU

Filsafat Hindu

Walapun merupakan kebutuhan praktis, tidaklah berarti bahwa filsafat Hindu mengabaikan  segi teorinya, misalnya tentang ethika dan theologi belaka, seperti dikecam oleh ahli pikir Barat. Sebab menurut pandangan Hindu, filsafat lahir dari kedamaian spiritual dan kenyataan-kenyataan hidup sehari-hari,  seperti :
Renungan,
Kesengsaraan, kebhatilan, ketidakadilan, kesewenang-wenangan, kekerasan .
Arti hidup manusia,
Jalan pembebasan manusia dari kesengsaraan, kebhatilan, ketidakadilan, kesewenag-wenagan, kekerasan.   
Adapula kecaman yang ditujukan pada filsafat, yang menyatakan bahwasanya Hinduisme hanya mengemukakan pesimisme. Kelihatannya kecaman ini dapat dimaklumi. Bagi filsafat Hindu, pesimisme adalah memang penting pada permulaannya, namun bukan sebagai akhir permasalahan .
                                    
Memang ada kesengsaraan, kebhatilan dan sebagainya 
ada sebab kesengsaraan, kebhatilan dan sebagainya itu,
ada akhir kesengsaraan, kebhatilan dan sebagainya itu 
ada jalan membebaskan diri dari kesengsaraan, kebhatilan dan  sebagainya  itu .

Sesungguhnya, pada hakekatnya yang paling dalam, bila ditelusuri secara cermat, filsafat Hindu tidak dapat membenarkan optimisme yang tidak kritis.  Juga tidak dapat menerima
Pesimisme yang putus  asa .    

Sesungguhnya, pada hakekatnya yang paling dalam, bila ditelusuri secara cermat, filsafat Hindu tidak dapat membenarkan optimisme yang tidak kritis . Juga tentunya tidak dapat menerima pesimisme yang putus asa .
Filsafat Hindu percaya akan adanya “orde moral yang kekal abadi” (Sanatana) dalam alam semesta ini, kecuali dalam  Carvaka  yang menganut aliran materialisme. Ini dapat dibuktikan oleh aliran Mimamsa yang mempunyai konsep Apurva, yaitu hukum yang menjamin adanya buah yang dapat dinikmati dimasa-masa mendatang dari upacara-upacara yang dilaksanakan kini, aliran-aliran Nyaya – Vaisiseka dengan konsep pemikiranya tentang adrista, yaitu  “prinsip tak nyata”yang meliputi atom benda materi dan mengatur segala obyek dan kejadian (relativitas umum) menurut prinsip-prinsip moral dan dengan konsepsi Hukum karma yang umum, yang diterima oleh semua aliran filsafat Hindu .

Hukum karma adalah hukum konservasi nilai-nilai moral, baik (mulia) maupun buruk (rendah) perbuatan manusia . Hukum konservasi nilai-nilai moral iniberati, bahwasanya tidak ada hasil kerja yang hilang begitu saja (Krita pranasa) dan tidak ada apa-apa yang terjadi pada seseorang akibat perbuatannya sendiri (akritabhyupagama) . Karena aliran filsafat Hindu (Sankhya, Yoga,Nyaya, Vaisesika, Mimamsa, Vedanta) yang orthodoks, termasuk pula aliran Buddha dan Jaina, menerima konsep Hukum Karma ini .   
Bentuk hukum karma yang paling sederhana adalah segala perbuatan, baik atau buruk, membuahkan akibatnya masing-masing pada hidup seseorang yang melakukan pebuatan tersebut, asalkan perbuatan dimaksud dilakukan dengan keinginan untuk memperoleh hasilnya. Hukum karma ini membantu kita untuk menerangkan, mengapa individu-individu manusia berbeda satu sama lain dan tidak ada yang sama, yang tidak bisa dijelaskan dengan keadaan kehidupan yang ada. Sering kita jumpai, bahwa orang-orang yang terlahir dalam keadaan yang sama dan dibesarkan dalam lingkungan yang sama, tetapi berbeda sangat dalam kesenangan dan sukses hidupnya : ada yang bahagia ada yang sengsara, ada yang pandai ada yang bodoh, ada yang kaya ada yang miskin, ada yang baik ada yang jahat dan seterusnya .
Banyak yang tidak dapat diterangkan berdasarkan perbuatan-perbuatan mereka selama hidup ini. Yang terang-terang berbuat kejahatan yang tidak ketulungan namun masih mendapat kedudukan dan sementara disegani orang lain. Sebaliknya yang senantiasa berbuat kebaikan membatu masyarakat yang tertimpa musibah ketidakadilan justru mesti bernasib jelek memikul berbagai tuduhan yang direkayasa penguasa menyebabkan yang bersangkutan terkucil dan menderita terus menerus . 
Namun hukum karma menjelaskan bahwasanya semua perbuatan di masa lalu, kini dan nanti pasti membuahkan hasil yang wajar, baik dalam masa hidup sekarang ini, maupun maupun kehidupan nanti . Prinsip waktu memegang peranan penting dalam filsafat Hindu sebagai saksi-saksi dalam sejarah hidup manusia . Waktu adalah waktu, waktu adalah peristiwa, waktu adalah sejarah . Hanya waktu yang dapat mengisahkan masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang . Hukum karma bergulir bersama-sama waktu .


                                             * * *       

TEORI  Spinoza (Benedict  De  atau  Barch  yang hidup di abad   XVII  =  1632 – 1677 )
Tentang metafisika dan etika, tentang substansi yang dia namakan akal dan materi bila terpisah tidak akan ada interaksi . Akal dan materi hanya merupakan atribut substansi, yaitu Tuhan. Hal ini telah terungkap dalam kitab-kitab suci Veda sejak 3000 tahun lampau dengan istilah-istilah Purusha sebagai akal (jiwa) dan  Prakriti sebagai materi (benda-benda lahiriah) sebagai atribut Atman,  Tuhan dalam teori Spinoza. Dia diusir dari tanah kelahirannya karena pandangannya bertentangan dengan gereja .              

Juga teori Darwin ( Carles Robert  yang hidup di abad  XIX  = 1809 – 1882 seorang sarjana  Inggris yang dikenal dengan teori evolusi  dimuat dalam bukunya berjudul “The origin of species”, sudah dirumuskan 3000 tahun lampau dalam filsafat Hindu dikenal dengan indung telur alam semesta yang disebut  Hirinyagarbha yang membiakkan atom-atom, sel-sel, gumpalan awan, membeku menjadi ganggang lalu lumut yang kemudian dalam evolusinya tumbuh menjadi binatang yang paling sederhana, satwa, mamal dan seterusnya manusia paling purba sampai ke manusia sekarang ini . Teori Spinoza maupun Darwin  adalah merupakan suatu titik puncak gunung es di lautan antartika ilmu pengetahuan terungkap dalam kitab-kitab suci  Veda sejak 3000 tahun lampau . Demikianlah sejak zaman dahulu itu teori-teori metafisika dan etika telah digeluti oleh para ahli dan orang arif bijaksana, termasuk teori hukum karma ini yang menyangkut kehidupan di zaman paling purba sampai di zaman kita sekarang ini . 

Para  rishi merumuskan bahwa  Karma terbagi atas : yang belum mulai memberikan hasil disebut Anarabdha  Karma,  yang sudah memberikan hasil disebut Arabdha atau  Prarabdha  Karma.  Anarabdha  Karma dibagi  lagi menjadi  dua :  akumulasi dari hidup masa lampau Praktana  atau Sancita  Karma  Yang dikumpulkan dalam hidup sekarang  ini,        Kriyamana atau Sanciyamana Karma .

Status hukum karma  ini menurut beberapa aliran (seperti Nyaya, Vaisiseka ) ada dibawah  pengawasan dan kontrol Tuhan Yang Maha Kuasa, sedangkan aliran-aliran filsafat lainnya  
(seperti  Jaina, Baudha, Sankhya, Mimamsa) memandang bahwa hukum karma ini otonom sifatnya dan bekerja bebas dari kehendak Tuhan . Namun betapapun status hukum karma ini didudukan, ia berlaku atas dunia perbuatan yang dilakukan berdasarkan pengaruh nafsu dan keinginan hidup duniawi yang biasa yang diuraikan seperti berikut :  segala perbuatan yang bermotif keinginan akan memperoleh hasil dalam hidup ini dan hidup nanti terkena oleh hukum karma ini .
Perbuatan yang dilakukan tanpa motif keinginan akan hasilnya dan tanpa nafsu, tidak memberi hasil yang mengikat, seperti biji bibit yang digoreng tidak bisa tumbuh . Hukum karma ini mengajarkan orang agar bekerja tanpa mementingkan diri sendiri, yang menyebabkan ia tidak saja terbebas dari ikatan hasil perbuatannya, tetapi juga memusnahkan akumulasi hasil-hasil perbuatannya di masa lampau : Ia terbebas dari pengaruh yang mengikat, terbebas dari rasa senang dan benci,harapan dan kecemasan, yang membawa ia menuju ke kecemasan. Orang yang mencapai kelepasan tidak lagi terikat oleh hukum karma. Hukum karma ini membuat manusia menjadi penguasa tujuan hidupnya sendiri. Hukum karma membuat manusia berpikir tentang kejelekanya sekarang sebagai akibat pebuatanya sendiri dan mengharapkan masa depan yang lebih baik dengan jalan memperbaiki perbuatanya sendiri.         
Selain hukum karma, pandangan yang umum diterima oleh aliran-aliran dalam filsafat Hindu, yaitu tentang hakekat bahwasanya ketidaktahuanlah yang menyebabkan manusia terbelenggu oleh kesengsaraan yang brkepanjangan . Belenggu ini adlah proses lahir dan lahir kembali  ( Numitis = Inkarnasi ) serta konsekwensi kesengsaraannya yang mengikat seseorang . Maka itu manusia harus berusaha untuk mencapai kelepasan (Mukti atau Moksa ) . Ini berarti berhentinya proses lahir dan lahir kembali .11:09 21/05/2015
Ketidaktahuan manusia harus dilenyapkan untuk mencapai  kelepasan . Oleh karena itu diperlukan ilmu pengetahuan. Tetapi hanya teori tentang ilmu pengetahuan itu tidaklah cukup.  Ilmu pengetahuan ini harus dicapai dengan jalan disiplin, konsentrasi dan meditasi,
(diuraikan dalam aliran Yoga ) dan perdebatan atu argumentasi yang filosofis tidaklah cukup.  Pengendalian diri sendiri (Samyama) sangat diperlukan dalam merenugkan ilmu pengetahuan tetang kebenaran . Sebab ilmu pengetahuan saja tentang apa yang benar tidaklah cukup kalau tidak disertai dengan perbuatan yang benar . 
Tetapi perbuatan yang benar tidak bisa lahir tanpa adanya pengendalian diri sendiri, sebab perkataan dan perbuatan kita tidak selamanya mengikuti keyakinan intelektual kita, didorong oleh degupan rasa (Implus), seperti rasa cinta dan benci (Raga dan Dvesa), yang merupakan pendorong otomatis perbuatan kita. Indera kita selalu menjadi alat yang buta  dari degupan rasa ini .
Maka itu, indra  ( pikiran, pendengaran, penglihatan, penciuman, pencicipan, dan penyentuhan ) harus selalu terkontrol dengan upaya yang terus menerus, diulang-ulang menuju yang benar (Abhyasa) .
Terkecuali aliran carvaka, semua aliran filsafat Hindu percaya pada adanya kemungkinan kelepasan ( Mukti atau Moksa ) sebagai kebijakan yang tertinggi, dimana kesengsaraan yang dibawakan oleh hidup di dunia ini dapat dimusnahkan seluruhnya, dan hokum karma  tidak berlaku lagi .

Sumber : Nyoman  S.  Pendit .

0 komentar:

Posting Komentar

 
TOP