Dia, dari siapa datangnya semua insani, oleh siapa semuanya ini diliputi, dengan memuja-Nya dan melaksanakan pekerjaanya sendiri, manusia mencapai kesempurnaan (Bhagawad Gita XVIII-46)
Dewasa ini hampir semua orang merasakan waktu demikian cepat berlalu, satu jam terasa satu menit, satu hari terasa 1 jam dan seterusnya, time runs so fast, kata orang. Waktu bukan lagi berjalan, namun berlari kencang! Fenomena ini mulai terasa ketika umat manusia memasuki jaman industri atau jaman modern, ketika kegiatan manusia dan produktifitasnya diukur melalui waktu, yang bukan lagi dalam hitungan bulan, minggu atau hari, tetapi dalam hitungan jam. Misalnya, mulai dikenal istilahnya waktu kerja yaitu berapa jam per hari orang mesti bekerja atau kapasitas produksi yaitu berapa unit barang yang bisa dihasilkan setiap jam setiap orang dan sebagainya.
Sekarang, faktor waktu semakin penting, sesuai dengan perkembangan teknologi informasi yang menuntut kecepatan dalam transfer informasi. Pada sisi lain, tingkat persaingan usaha makin tinggi, agar bertahan hidup, dituntut pula efisiensi kerja, yaitu dalam waktu yang ditetapkan orang dapat mengasilkan produk semaksimalnya. Sampai-sampai, buat orang yang super sibuk, waktu 24 jam dalam sehari terasa kurang. Mereka ingin lebih!
Secara alami, dalam sehari waktu dibagi dua, yaitu waktu siang selama 12 jam dan waktu malam juga sebanyak 12 jam. Waktu siang ditandai dengan terbitnya matahari sampai dengan tenggelamnya matahari. Waktu siang pada umumnya digunakan orang untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup dan waktu malam digunakan untuk berkumpul bersama keluarga dan kerabat dan beristirahat (tidur).
Pola ini makin lama makin bervariasi dan kompleks. Ketika manusia berada di jaman post-modern, seiring dengan kemajuan iptek, kegiatan dan kebutuhan manusia juga makin beragam, waktu tidak hanya digunakan untuk bekerja dan beristirahat, tapi juga untuk berbagai kepentingan seperti hiburan, olahraga, belajar, beribadah, hobi dan sebagainya.
Terkait dengan beribadah dan bekerja, ambil contoh di Bali, pada era agraris dahulu, orang-orang mengikuti pola awal yaitu bekerja di siang hari dan beristirahat di malam hari. Pelaksanaan ibadah bersama yaitu upacara yajna dapat berjalan dengan baik meski berlangsung beberapa lama, karena orang-orang memiliki pola hidup yang sama. Tetapi sekarang, di mana pekerjaan beragam mulai dari pegawai negeri yang memiliki waktu kerja di siang hari (standar), ada yang bekerja di sektor pariwisata di mana justru hari libur menjadi hari kerja, atau ada yang bekerja di bidang sekuriti yang bekerja pada malam hari. Peribadatan bersama tidak dapat dilakukan seperti dulu, di sini ada benturan pemanfaatan waktu antara tradisi dengan tuntutan profesionalisme kerja, karir dan efisiensi kerja.
Yajna merupakan ritual yang paling populer di Bali. Tapi untuk ukuran jaman sekarang, yajna ada kelemahan yaitu banyak menyita waktu, tenaga, barang dan uang, sehingga dalam beberapa hal bersifat kontraproduktif. Hal ini menimbulkan masalah. Karena itu perlu ada solusi yaitu harus ada pengaturan waktu atau disiplin waktu, dimana orang harus menghargai waktu dan berusaha memanfaatkannya sebaik mungkin demi untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan sosial.
Konsekuensi hidup di era informasi, di mana waktu demikian cepat berlalu, di mana pada saat bersamaan semua kerja manusia diukur berdasarkan waktu, maka mau tidak mau setiap orang harus disiplin terhadap penggunaan waktu. Setiap orang harus belajar menerapkan manajemen waktu.
Hidup yang patut dijalani adalah hidup yang harmonis, salah satunya adalah keharmonisan antara beribadah dengan bekerja. Beribadah secara pribadi seperti puja, doa, japa, yoga, meditasi, dana, upawasa, gita, dan tirtayatra tidak banyak menyita waktu kerja ataupun waktu istirahat. Yang cukup banyak menyita waktu adalah yajna yang harus dilakukan bersama. Jadi harus ada pola sinergi baru pengaturan waktu agar ada keseimbangan antara beryajna dengan bekerja.
Misalnya, mengupayakan pelaksanakan yajna di luar hari kerja atau melaksanakan yajna pada hari libur. Atau datang ke tempat upacara yajna pas jam istirahat kerja yaitu saat jam makan siang dan sebagainya. Kemudian, mempersiapkan karya yajna sebaik-baiknya dan sesederhanamya agar kegiatan mudah dikendalikan sehingga tepat waktu dan lancer. Demikian juga pengaturan cuti dan ijin kerja sebaiknya dipersiapkan misalnya dengan cara tugas sudah diselesaikan lebih awal atau telah didelegasikan tangungjawabnya kepada orang lain
Pengaturan dan disiplin waktu baik pada kegiatan yajna maupun kegiatan kerja, niscaya akan memberikan kehidupan yang lebih baik, harmonis dan bermakna bagi umat Hindu di manapun berada.
Oleh : IGN Nitya Santhiarsa
0 komentar:
Posting Komentar